Wednesday 24 July 2013

Sisi Positif Komunitas Punk di Indonesia

Komunitas punk tidak selalu dengan makna negatif di mata masyarakat, perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat membuat beberapa komunitas punk berjalan kearah positif, mereka tak lagi mengenal anarkisme, mabuk-mabukan. Mereka berubah dengan ideologi baru sejalan hidup yang positif. 

1. Glam Punk

 
Glam punk adalah salah satu komunitas punk yang berbeda dari komunitas punk lainnya. Komunitas ini terdiri dari orang-orang yang menyukai seni, seperti melukis Tatto, Graffity, menyablon, membuat souvenir dan masih banyak lagi. Komunitas Glam punk ini juga sangat jauh dari kekerasan (Bukan maksud bahwa punk dekat dengan kekerasan, namun ada beberapa komunitas yang sangat keras (garis keras), bahkan sering berselisih dengan komunitas punk lainnya (Anarcho).


Dalam cara berpenampilan, komunitas punk ini juga tidak terlalu melihatkan bahwa ia adalah anak punk (rambut Mohawk, jaket kulit dan celana jeans ketat, dengan beraksesoriskan spick). Punk dilihat bukan dari penampilannya tetapi dari jiwanya. Banyak orang-orang dengan penampilan kebanyakan anak punk (rambut Mohawk, jaket kulit dan celana jeans ketat) yang berkeliaran di jalanan dan membuat onar, MENCOPET, MEMALAK dan banyak lagi hal yang membuat citra punk di masyarakat menjadi jelek, dan hanya bisa menjadi sampah. Pada hal orang-orang yang seperti itu hanya bisa bisa bergaya saja seperti punk tetapi tidak tau arti dari sebuah punk itu sendiri.

2. Punk Straight Edge



Komunitas punk tanpa narkoba, tanpa minuman keras, tanpa rokok, tanpa seks bebas dan memilih menjadi vegetarian.

Straight edge diambil dari judul lagu band hardcore awal 1980-an asal Washington, Amerika Serikat, Minor Threat. Saat itu sang vokalis, Ian Thomas Garner MacKaye, mengkritik pedas punker yang doyan mengisap kokain lewat syair-syair lagunya. Salah satunya berbunyi begini: “I’m a person just like you, but I’ve got better things to do than sit around and smoke dope.”


Gerakan straight edge ala MacKaye kemudian mendunia. an 1980-an, straight edge berkembang menjadi isu vegetarianisme dan hak binatang, yang diusung oleh dua band punk Gorilla Biscuits dan Youth of Today. Saat itu Ray Cappo, vokalis Youth of Today, mengajakpengikut straig ht edge tidak makan daging lewat lirik lagu-lagunya. Perkembangan isu vegetarianisme kian tajam pada 1990-an dan m-munculkan gerakan straight edge militan, yang dikenal dengan nama hardline.

Menurut vokalis band punk Take One Step, Ricky Joney, pada 1990-an nilai-nilai straight edge berpengaruh terhadap pemusik dan pencinta hardcore punk di Bogor. Tapi saat itu belum ada dari mereka yang mendeklarasikan diri sebagai straightedge-er. Para penganutnya baru sebatas kumpul bareng di depan Rumah Sakit Salak di Jalan Jenderal Sudirman dan di samping Matahari Department Store Bogor, sanibil mendiskusikan musik.

Ricky menyatakan, dari diskusi dan bertukar fanzine semacam majalah dari fans musik tertentu banyak dari mereka yang kemudian terilhami paham itu. Yang dulunya suka mabuk, merokok, dan dekat dengan narkoba berubah total menjadi seorang straight-edge-er.
 
3. Punk Muslim


 
Apa yang terbayang saat anda mendengar kata ‘anak punk’? Mungkin yang terlintas dalam pikiran adalah pengamen, rambut mohawk, narkoba, anarkisme, anti kemapanan dan segala dinamika kehidupan jalanan lainnya. Namun, terlepas dari stigma tersebut, di salah satu sudut Kota Jakarta, terdapat puluhan punkers yang memilih dakwah sebagai orientasi pergerakannya.

Punk Muslim, sebuah komunitas punk yang bermarkas di Jalan Swadaya, Pulogadung, Jakarta Timur. Embel-embel kata Muslim di nama komunitas ini bukan tanpa alasan. Ya, sejak berdirinya komunitas ini mereka berkomitmen akan membawa Islam sebagai jalur dalam segala kegiatannya.

Tak mau disebut sebagai anggota, mereka lebih memilih disebut ‘penghuni’ Punk Muslim. Kalau boleh membahas penampilan, mereka tak berbeda dengan punkers lain yang biasa ditemui. Mereka bercelana jeans kumal, gaya bicara yang tidak pernah serius, dan hampir semuanya memakai kaos berwarna hitam bergambar cadas. Baru kemudian ketika berkenalan dan berbincang lebih jauh, karakter mereka yang berbeda dari punkers pada umumnya akan tampak jelas.

Sementara punkers pada umumnya membawa ideologi anarkisme, mereka memilih untuk menjadikan Al Quran dan Hadits sebagai pedoman pergerakannya. Lutfi menegaskan komunitas ini ingin merubah stigma negatif yang menempel pada punk jalanan atau lebih banyak disebut street punk. Ketika banyak pihak yang menilai street punk hanyalah sampah, Punk Muslim memilih untuk merangkul mereka.

0 comments:

Post a Comment